Spesifikasi Samsung Galaxy Mini



General Network GSM 850 / 900 / 1800 / 1900
HSDPA 900 / 2100
Announced 2011, 1Q
Processor
SAR Rating
Color Available Black
Size Dimensions (mm) 110.4 x 60.8 x 12.1
Weight (g) 105
Display Type TFT capacitive touchscreen, 256K colors
Size 240 x 320 pixels, 3.14 inches
Lines 0
Menu Touchscreen : TouchWiz v3.0 UI
Design Type Blok
Antenna Fixed Internal
Keys Navigation Touchscreen : Swype text input method
QWERTY No
Soft
Other Accelerometer sensor, Proximity sensor
Lighting
Memory Phonebook
Internal (MB)
Expansion
Battery Type NULL
Stand-by (hrs)
TalkTime(min)
Ringtones Polyphonic
Customization Yes
Audio Format MP3/WAV/eAAC+ player
MP3 Player Yes
Voice
FM Radio Yes
A2DP Yes
Video Format MP4/H.264/H.263 player
Recorder Yes, QVGA@15fps
TV Null
Entertainment Games Yes + downloadable
Messaging SMS Yes
Total SMS 1000
MMS Yes
EMS Yes
Email Yes
IM
Push-To-Talk
Connectivity HSDPA Yes, HSDPA, 7.2 Mbps
EDGE Yes
Bluetooth Yes, v2.1 with A2DP
3G Yes
GPRS Yes
Infrared (IrDA) No
USB Port Yes
WIFI/WLAN Yes, Wi-Fi 802.11 b/g/n
Data Cable Yes
Data Modem
Software Java (J2ME) Yes
WAP Not Supported
Platform OS Android OS – 2.2 Froyo
Browser HTML
Predictive Text Entry
Speech Codes
PIM Application
Others Application A-GPS, Digital Compass, SNS integration, Document viewer/editor, Image/video editor, Google Search, Maps, Gmail, YouTube, Calendar, Google Talk, Picasa integration
Personal Themes No Info.
Caller ID Yes
Profile ID Yes
Camera Lens Type CMOS, 3.0 Megapixel
Digital zoom
Max. Resolution 2048×1536 pixels
Flash No
Night Mode No
Multi Shot
Frame Types
Extra Features Geo Tagging
Photo Format

Kawasan Oleh-oleh Khas Semarang


Masyarakat yang ingin membeli makanan dan oleh – oleh khas Semarang bias dating di sepanjang Jalan Pandanaran. Bagi para Wisatawan yang datang atau melewati Kota Semarang rasanya kurang lengkap jika tidak mampir di pusat Jajan Pandanaran untuk membeli oleh – oleh. Di tempat ini tersedia : Bandeng duri lunak, wingkobabat, lumpia, otak-otak, moci, cinderamata dan aneka jajan lainnya. Oleh – oleh yang di jual di toko-toko sepanjang jalan Pandanaran selain dijamin higienis, kualitas terjaga dan harga tercantum.

Toko Oen

Interior ruangan masih terawat dengan baik meski sudah berusia lebih dari 70 tahun. Sebuah piano, toples-toples cookies yang berukuran besar, foto-foto hitam putih jaman dahulu, mampu memberikan nuansa tempo dulu. Itulah gambaran singkat Toko Oen, restauran legendaris yang berlokasi Jalan Pemuda didirikan sejak tahun 1936.

Toko Oen pertama kali didirikan tahun 1922 di Yogyakarta oleh Ibu Liem Gien Nio. Setelah itu dibuka cabang Toko Oen di Semarang pada tanggal 16 April 1936 dan disusul Toko Oen Cabang malang. Dulunya Toko Oen merupakan tempat makan orang-orang Belanda di masa itu. Sampai saat ini Toko Oen tetap menjadi lokasi yang menarik bagi para opa maupun oma Belanda yang datang ke Semarang. Saat ini Toko Oen Semarang di kelola oleh Yenny Megaputri, salah satu cucu dari Ibu Liem Gien Nio

Toko Oen menyajikan berbagai menu makanan. Toko Oen mempunyai spesialisasi steak dan huzarensla(salad ala Belanda). Cobalah rasakan menu gaya Eropa yang jadi andalan Toko Oen. Bistik Hamburg, wcordon bleu, bestik lidah, inner schnitzel, atau kakap ala meuniere begitu nikmat di lidah

Hidangan ala Indonesia juga banyak dicari, di antaranya sate ayam dan nasi goreng spesial. Biasanya bila akhir pekan diadakan live music yang mengiringi para tamu menikmati hidangan. Bermacam-macam ice cream kreasi dengan resep turun temurun dijual dengan harga yang kompetitif dengan toko lain. Tutti frutti atau Oen's Symphony, keduanya bisa membuat Anda ketagihan.

Selain ice cream, Toko Oen juga menjual aneka kue kering yang sangat pas bila dinikmati dengan segelas kopi hangat. Speculaas dan Koekjes buatan Toko Oen selalu diburu turis domestik ataupun manca negara. Ada yang bercita rasa keju, kacang-kacangan, rempah, atau cokelat. Bolu khas Belanda, Ontbitjkoek tak boleh Anda lewatkan begitu saja.

Menikmati hidangan di Toko Oen memang lain dari biasanya. Selain interior tempo dulu, menu masakannya juga tak kalah unik. Banyak menu makanan yang resepnya tetap terjaga meski sudah berusia hampir seabad.

Jika anda berwisata ke Semarang, Toko Oen adalah salah satu tempat wisata kuliner yang wajib di kunjungi.

Pasar Johar

Manakah Pasar tradisional terbesar di Semarang? Semua orang sepakat menjawab Pasar Johar. Pasar yang berlokasi di pinggir Kali Semarang ini sejak dulu merupakan pusat kegiatan ekonomi warga Semarang. Arsitektur pasar Johar menjulang tinggi berbentuk mirip cendawan. Adalah Herman Thomas Karsten, arsitek Belanda yang dipercaya merancang arsitektur pasar induk tradisional yang dibangun pada 1937 ini. Ciri khusus arsitektur pasar terletak pada atapnya yang berbentuk kolom-kolom mirip cendawan. Atap yang satu dan lainnya saling menaungi dan tidak menyatu. Konstruksi ini memungkinkan udara masuk dari segala penjuru.

Pasar Johar Semarang

Meski tanpa mesin penyejuk ruangan, udara segar bisa dinikmati. Sistem cross ventilation yang juga terlihat di Gedung Lawang Sewu merupak ciri Karsten. Selain menjadikan ruangan hemat energi, bangunan dengan cross ventilation juga cocok untuk kawasan tropis seperti Indonesia. Ciri lain arsitektur Pasar Johar adalah adanya ruang kosongantara lantai satu dan dua. Karena ruang kosong itu pulalah, pengunjung bisa melihat keunikan atap berbentuk cendawan.

Bukan hanya aspek ekologi yang menjadi pertimbangan perencanaan Pasar Johar. Aspek sosiologis juga sangat diperhatikan. Karsten paham betul fungsi pasar dalam tradisi masyarakat Indonesia. Tidak seperti pasar di Eropa yang hanya memfungsikan pasar hanya sebagai tempat transaksi pedagang dan pembeli. Di Indonesia, pasar tak sekadar tempat transaksi, tapi juga sebagai ruang terbuka tempat menampung para pedagang nonpermanen (tiban) yang berjualan pada acara tertentu.

Karsten juga sangat memperhatikan banyaknya perempuan yang menjadi pedagang atau sekadar menjadi buruh gendong. Untuk meringankan mbok-mbok gendhong memanggul bagor, dibuatlah lantai los pasar setinggi lutut orang dewasa. Tujuannya agar buruh gendong tak perlu mengangkat beban terlalu berat sebelum digendong.

Dari sisi material bangunan, Karsten memilih marmer berkualitas tinggi sebagai bahan pelapis permukaan dinding, meja utama, serta sebagian lantai. Sedangkan anak tangga dari batu andesit. Tak aneh, usia lebih dari 70 tahun Pasar Johar masih kukuh berdiri.

Kemasyhuran Pasar Johar hingga ke seluruh Jawa. Pedagang tak cuma datang dari sekitar Semarang, tapi juga dari Solo, Klaten, dan Kudus. Mereka berdagang di Pasar Johar hingga turun-temurun. Bahkan pedagang dari luar Jawa ikut meramaikan. Dulu pedagang dari Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi bisa langsung membongkar kapalnya di Kali Semarang, yang melintas tepat di tepi Pasar Johar. Di atas kali itu ada Jembatan Berok, tak jauh dari Pasar Johar, yang berupa jembatan hidrolik. Saat ada kapal bongkar-muat di Pasar Johar, jembatan bisa dibuka, lalu ditutup kembali. Hingga awal 1970, kapal masih bisa masuk Kali Semarang. Sayang, sekarang sudah dangkal dan jembatan sudah tak bisa dibuka lagi.

Kini kemegahan arsitektur Pasar Johar nyaris tak bisa dinikmati. Padatnya pedagang serta ketidakdisiplinan memelihara tata ruang membuat sirkulasi udara tak sebaik dulu. Satu-satunya alasan tiap hari Pasar Johar dipenuhi pengunjung adalah karena tersedia semua kebutuhan masyarakat, dari sandang, pangan, hingga elektronik dengan harga relatif murah. Pasar Johar selalu menjadi tujuan bagi pembeli eceran ataupun grosiran.

Selain sebagai tempat berdagang, Pasar Johar ibarat sebuah kampung tempat bertemunya pedagang dari berbagai daerah.

Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2. Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Masjid yang mampu menampung jamaah tak kurang dari 15.000 ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Upacara peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi.

Masjid Agung Jawa Tengah

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, pengunjung dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab.

Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.

Selain bangunan utama masjid yang luas dan indah, terdapat bangunan pendukung lainnya. Bangunan pendukung itu di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2.000 orang. Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Halaman utama masjid yang terdapat 6 payung hidrolik juga dapat menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.

Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas.

Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat.

Di area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat berbagai macam fasilitas seperti perpustakaan, auditorium, penginapan, ruang akad nikah, pemandu wisata, museum kebudayaan Islam, cafe muslim, kios-kios cenderamata, buah-buahan, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga berbagai macam sarana hiburan seperti air mancur, arena bermain anak-anak, dan kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks masjid ini.

Untuk memasuki kawasab Masjid Agung Jawa Tengah, pengunjung tidak dipungut biaya. Namun, jika pengunjung ingin memasuki area tertentu seperti Menara Asmaul Husna, pengunjung diwajibkan membayar Rp 3.000 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.00—17.30 WIB. Dan apabila pengunjung datang pada jam 17.30—21.00 WIB tarif tersebut meningkat menjadi Rp 4.000 per orang. Bagi pengunjung yang ingin menggunakan teropong yang terdapat di Menara Asmaul Husna itu, maka pengunjung harus mengeluarkan ongkos tambahan sebesar Rp 500,- per menit.

Pada saat liburan, masjid banyak di kunjungi wisatawan yang berasal dari berbagai daerah. Bahkan beberapa turis manca negara, khususnya muslim banyak yang melunagkan waktu berkunjung ke masjid ini untuk beribadah sekaligus berwisata.

Pasar Semawis


Pasar Semawis, atau dikenal juga sebagai Waroeng Semawis, adalah pasar malam di daerah pecinan Kota Semarang. Pasar ini awalnya merupakan gagasan dari perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata).

Pasar Semawis bermula dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis di tahun 2004, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional di Indonesia.

Buka setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu malam disepanjang jalan Gang Warung, Pecinan - Semarang, Pasar Semawis menyajikan beraneka ragam hidangan yang bisa anda pilih bersama keluarga mulai dari pisang plenet khas Semarang, nasi ayam, es puter, kue serabi, aneka sate, bubur kacang hingga menu - menu steamboat yang menarik untuk dicicipi. Pusat jajanan terpanjang di Semarang ini buka mulai jam 6 sore hingga tengah malam.

Pasar Semawis terletak di jalan Gang Warung, untuk menuju kesana, ada beberapa jalan yang bisa dipilih. Dari jalan Gajahmada, dapat masuk lewat jalan Wotgandul Barat > Plampitan > Kranggan > parkir di jalan Beteng. Dari jalan Gajah Mada juga dapat masuk langsung ke jalan Kranggan lewat perempatan Depok. Jalur lain adalah lewat Pasar Johar atau Jurnatan, masuk lewat jalan Pekojan > parkir di jalan Gang Pinggir. Setiap akhir minggu malam saat Waroeng Semawis digelar, beberapa jalan di Pecinan ditutup salah satu ujungnya, yaitu jalan Gang Besen, Gang Tengah, Gambiran, Gang Belakang dan Gang Baru. Jalan - jalan tersebut dapat digunakan untuk parkir kendaraan pengunjung Pasar Semawis.


sumber:wikipedia

HOTEL NOVOTEL


HOTEL NOVOTEL SEMARANG
Alamat : Jl Pemuda 123 Semarang
Nomor Telp : 024 356 3000, 358 4252
Nomor Fax : 358 4256
Email : reservation@novotelsemarang.com

HOTEL HORISON


HOTEL HORISON
Address: Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 2 Simpang Lima Semarang
Phone: +62.24.845.0045,
Fax: +62.24.841.9009
Reservation: reservation@horisonsemarang.com

CIPUTRA HOTEL


CIPUTRA HOTEL
Alamat: Jl Simpang Lima 1 Semarang 50134
Phone : 024 844 9888, 845 0021, 845 0290, 845 2859
Fax : 831 0893, 831 0896, 844 2333
Website : http://www.hotelciputra.com
Email : semarang@swiss.belhotel.com

Hotel Santika



Alamat: Jl Pandanaran No 116-120 Semarang 50241
No Telepon: 62-24-8413115, 8413121
No Fax : 62-31-8413113
email : gsantika@indosat.net.id ; semarang2@santika.com

Hotel Graha Santika ini merupakan salah satu hotel di pusat Kota Semarang. Hotel ini memiliki 125 kamar dengan harga yang bervariasi.

Sam Po Kong


Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang.

Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Karena kaburnya sejarah, orang Indonesia keturunan cina menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng - mengingat bentuknya berarsitektur cina sehingga mirip sebuah kelenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana cheng ho adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat dimeklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.

Menurut cerita, Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati laut jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit, ia memerintahkan membuang sauh. Kemudian ia merapat ke pantai utara semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang di akibatkan pantai utara jawa selalu mangalami pendangkalan diakibatkan adanya sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara.

Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam.


sumber:wikipedia

Lawang Sewu

Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero

Sejarah Bangunan Lawang Sewu Lawang Sewu adalah salah satu bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda, pada 27 Februari 1904. Awalnya bangunan tersebut didirikan untuk digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta NIS. Sebelumnya kegiatan administrasi perkantoran NIS dilakukan di Stasiun Samarang NIS. Namun pertumbuhan jaringan perkeretaapian yang cukup pesat, dengan sendirinya membutuhkan penambahan jumlah personil teknis dan bagian administrasi yang tidak sedikit seiring dengan meningkatnya aktivitas perkantoran. Salah satu akibatnya kantor pengelola di Stasiun Samarang NIS menjadi tidak lagi memadai. NIS pun menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai jalan keluar sementara. Namun hal tersebut dirasa tidak efisien. Belum lagi dengan keberadaan lokasi Stasiun Samarang NIS yang terletak di kawasan rawa-rawa hingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Kemudian diputuskan untuk membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu berada di pinggir kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal). NIS mempercayakan rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di Negeri Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke kota Semarang. Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangi di Amsterdam tahun 1903.


sumber: wikipedia

Tugu Muda

Merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu. Bangunan yang berada disekitar tugumuda adalah lawang sewu, Kantor BDNI, bakal Rumah Dinas Gubernur Jateng, Museum Manggala Bakti dan Katedral. Bermula dari ide untuk mendirikan monumen yang memperingati peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang. Pada tanggal 28 Oktober 1945, Gubernur Jawa Tengah, Mr. WWongsonegoro meletakkaan batu pertama pada lokasi yang direncanakan semula yaitu didekat Alun-alun. Namun karena pada bulan Nopember 1945 meletus perang melawan Sekutu dan Jepang, proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI), diprakarsai ide pembangunan tugu kembali, namun karena kesulitan dana, ide ini jugaa belum terlaksana. Tahun 1951, Walikota Semarang, Hadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tetapi pada lokasi sekarang ini. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro. Batu yang digunakan antara lain didatangkan dari kaliuang dan Paker. Tanggal 10 Nopember 1951, diletakkan batu pertama oleh Gubernur Jateng Boediono dan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Tugu Muda diresmikaan oleh Soekarno, Presiden Republik Indonesia. Hingga sekarang, cukup banyak perubahan yang telah dilakukan terhadap arca di sekitar tugu muda, antatra lain pembuatan taman dan kolam.

sumber :wikipedia

gereja blenduk



Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.

Daftar pendeta

Berikut ini adalah daftar pendeta yang bertugas di gereja ini sejak gereja ini dibangun hingga saat ini. Daftar ini dapat ditemukan di inskripsi yang terdapat di dinding gedung gereja.

  1. Johannes Wilhelmus Swemmelaar (1753 – 60)
  2. David Daniel van Vianen (1760 – 62)
  3. Simon Gideon (1762 – 66)
  4. Cornelius Coetzier (1766 – 72)
  5. Jonas van Pietersom Ramring (1767 – 70)
  6. Johannes Lipsius (1772 – 76)
  7. HermanusWachter (1777)
  8. Fredericus Montanus (1778 – 1814)
  9. Gottlob Bruckner (1814 – 1816)
  10. Dr.Diederik Lenting (1816 – 17)
  11. Gerardus van den Bijllaard (1819)
  12. Dr.Diederik Lenting (1819 – 20)
  13. Gerardus van den Bijllaard (1820 – 21)
  14. Dominicus Anne Manstra (1821-27 RIP)
  15. Pieter van Laren (1828 – 36)
  16. Cornelis Pieter Lammers van Toorenburg (1836 – 40)
  17. Johannes Hendrik van Rossum (1840 – 43)
  18. Frederik Ulrich van Hengel (1843)
  19. Hendrik Herman Schiff (1844 – 47)
  20. Jan Jurrien Scheuer (1847 – 51)
  21. Frederik Corneille van der Maar van Kulleler (1851 – 64)
  22. Frederik Ulrich van Hengel (1860 – 71)
  23. Pieter Leonard de Gaay Fortman (1864 – 66)
  24. Joseph Karel Kam (1866 – 69)
  25. Albert van Davelaar (1869 – 73)
  26. Barend Johannes Ovink (1871 – 72)
  27. Frederic Johan Jacobus Prins (1872 – 75)
  28. Caspar Adam Laurens van Trootensburg de Bruijn (1873)
  29. Hendrik Sanders Balsem (1873 – 74)
  30. Haijte van Ameijdem van Duijm (1874 – 1885)
  31. Barend Johannes Ovink (1875 – 1888)
  32. Jan Faber (1885 – 87)
  33. Ijnze Radersma (1886 – 89)
  34. Haijte van Ameijdem van Duijm (1887 – 90)
  35. Willem Mallinckredt (1899 – 94)
  36. Dr.Wouterus van Lingen (1890 – 95)
  37. Cornelis Rogge (1892 – 94)
  38. Abraham Samuel Carpentier Alting (1895 – 97)
  39. Willem van Griethuijsen (1895 – 97)
  40. Dr.Wouterus van Lingen (1897)
  41. Joan Frederic Verhoeff (1897 – 98)
  42. Johan Hendrik Christiaan Israel (1898 – 99)
  43. Johannes Cornelis Ijsbrand Bussingh de Vries (1898 – 1900)
  44. Joan Frederic Verhoeff (1899 – 1904)
  45. Dr.Aart Christian van Leeuwen (1900 – 04 RIP)
  46. Johannes Cornelis Ijsbrand Bussingh de Vries (1904 – 04)
  47. Johan Hendrik Christiaan Israel (1903)
  48. Jean Henri de Vries (1904 – 07)
  49. Dr.Wouterus van Lingen (1904 – 06)
  50. Ari Adama (1905 – 05)
  51. Joan Frederic Verhoeff (1907 – 08)
  52. Tonke Pilon (1908 – 10)
  53. Evert van Loon (1909 – 10)
  54. Richeld Willem Frans Kyftenbelt (1910 – 11)
  55. Georg Hennemann (1910 – 11)
  56. Johannes Mechtelinus Coops (1911 – 12)
  57. Abraham Hagedoorn (1911 – 19)
  58. Warner van Griethuysen (1912 – 14)
  59. Jan Brink (1914 – 21)
  60. Dirk Jacobus Leepel (1919 – 20)
  61. Bernardus Johannes Audier (1920 – 22)
  62. Johannes Mechtelinus Coops (1921 – 27)
  63. Gerrit Jan Reindert Langen (1922 – 28)
  64. Johannes Arnoidus Rudolf Terlet (1927 – 29)
  65. Gijsbert Cornelis Anton Adriaan van den Wijngaard (1928 – 30)
  66. Bernardus Matthijs van Tangerloo (1930 – 33)
  67. Hermanus Sterrenga (1930 – 31)
  68. Johannes Matthijs Lindeijer (1931 – 34)
  69. Karel Frederik Creutzberg (1933 – 34)
  70. Jacques Louis Brinkerink (1934)
  71. Cornelis Bastiaan Boere (1934 – 36)
  72. George Willem Cornelis Vunderink (1935 – 41)
  73. Wijsbrands Gerardus Redingius (1935 – 40)
  74. Karel Frederik Creutzberg (1936 – 40)
  75. Johana Hermina Stegeman (1940 – 41)
  76. Floris Egbertus van Leeuwen (1940 – 43)
  77. Johan Carel Hamel (1941 – 42)
  78. Eppa Smith (1945 – 46)
  79. Casper Spoor (1946 – 49)
  80. W.H.F. Ter Braak (1947 – 49)
  81. Eppa Smith (1949 – 54)
  82. de Haart (1954 – 60)
  83. Richard Palii (1954 – 60)
  84. Willem Bernard Warouw (1960 – 63)
  85. Augustinus Roberth Molle (1963 – 67)
  86. Jan Frederick Hattu (1967 – 78)
  87. Rein Robert Daada (1978 – 84)
  88. Yopie Hukom, S.Th. (1984 – 88)
  89. Theofilus Natumnea, S.Th. (1988 – 92)
  90. Rudolf Andreas Tendean, S.Th. (1992 – 95)
  91. Markus Kurami Tumakaka, S.Th. (1995 – 98)
  92. Meyer Meindert Pontoh, S.Th. (1998 – now)
sumber:wikipedia

Watugong



Pagoda Avalokitesvara di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang ini memiliki tinggi 45 meter, pagoda ini dibangun tujuh tingkat dengan hampir semua konstruksi bangunannya terbuat dari beton, serta banyak menggunakan latar warna merah dan beberapa arca di tiap tingkat pagodanya. Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya ini ditetapkan oleh Museum Rekor Indonesia MURI sebagai pagoda tertinggi di Indonesia.